Cari

Belajar Efektif dan Fun di WaGoMu#JapaneseClass

  • Belajar Bahasa Jepang

    Alasan Bahasa Jepangmu Masih Terasa Kurang Natural

    Udah belajar bahasa Jepang cukup lama, ada yang udah berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun untuk menguasai bahasa Jepang. Pada akhirnya berhasil dapet kerjaan ke Jepang, dan mulai mempertanyakan 1 hal, "Kok bahasa Jepang aku kaya ada yang beda ya sama yang dipake orang Jepang?" Bahasa Jepang yang aku pake ga salah tapi kok kaya ada yang beda, terkesan ga natural kalau dibanding sama orang Jepang. Nah aku yakin diantara kalian banyak yang pernah ngerasain itu. So, kali ini aku mau coba bahas dikit mengenai ngobrol layaknya para native. 

    Kemarin aku udah sharing-sharing cara nerjemahin kalimat untuk pemula ya guys. Gimana udah pada terbiasa? Coba dikit-dikit mulai ngomong bahasa Jepangnya secara spontan ya. Kali ini aku coba sharing next levelnya nih. Gimana cara supaya ngomong kaya orang Jepang. Nah kalau ada yang ngerasa ngobrolnya belum kaya native, menurut aku ada cara berfikir yang mungkin belum selaras dengan gimana orang Jepang berfikir sebelum mereka berbicara. Nah aku coba kasih contoh kalimat gini ya.

    Kinou no barentaindee ni tomodachi ga takai chokoreeto o katte kuremashita.
    昨日(きのう)のバレンタインデーに(とも)(だち)(たか)いチョコレートを()ってくれました。
    Valentine kemarin aku dapet coklat mahal dari teman.

    Kalimat tadi itu kalimat yang mungkin kalian temukan di textbook, dan ini kalimat yang bener secara ilmu bahasa. Tapi, orang Jepang gak akan ngomong seperti itu. So kita mau coba arrange kalimat tadi jadi gimana orang Jepang biasanya ngomong ya, sambil aku jelasin step gimana biar lebih natural.

    1. Mengerti apa yang ingin kalian ucapkan?

    Kalimat tadi itu kalimat yang cukup panjang, dan aku yakin orang Jepang gak akan ngomong kalimat panjang disekaliguskan seperti itu. Tapi pertama-tama dari kalimat tadi kalian ngerti ga apa yang ingin kalian sampaikan? Atau lebih tepatnya apa yang paling ingin kalian sampaikan? Mungkin tiap orang beda-beda ya apa yang ingin disampaikannya, so sebagai contoh dari kalimat tadi kita asumsikan yang ingin disampaikannya adalah "dibelikan coklat di hari valentine" ya. Informasi lainnya orang lain mungkin ga begitu peduli. Jadi pahami dulu apa yang ingin kalian sampaikan, dan kita masuk ke point berikutnya

    2. Sebutkan dari yang ingin disampaikan duluan.

    Contoh dari point 1 tadi kita ingin sampaikan "dibelikan coklat di hari valentine", jadi sebutkan dulu yang paling penting atau yang paling ingin disampaikannya dulu. Kalau dari contoh tadi akan jadi seperti ini kan ya

    Kinou no barentaindee ni chokoreeto moratannda
    昨日(きのう)のバレンタインデーにチョコレートもらったんだ
    Valentine kemarin aku dapet coklat loh

    Sebutin dulu yang paling penting, kemudian kita masuk ke point berikutnya yaitu

    3. Sebutkan pendek-pendek aja. 

    Orang Jepang setau aku ga suka denger kalimat panjang-panjang, makanya mereka lebih memotong-motong kalimat panjang jadi kalimat yang pendek-pendek. Setelah kita sebutkan point utamanya, baru kita lanjutkan dengan point tambahannya. Jadi berurutan gitu dari yang penting ke yang kurang penting. Oh iya jangan lupa tambahin juga kata-kata penghubung seperti それで, で, けどさ, dll supaya lebih natural ya. So, kalimat panjang tadi kita bisa potong jadi seperti ini,

    Kinou no barentaindee ni choko morattanda
    昨日(きのう)のバレンタインデーにチョコもらったんだ
    Valentine kemarin aku dapet coklat loh

    Soredesa, tomodachi kara nandesu keredo
    それでさ、ともだちからなんですけれど
    Terus, aku nerima dari temen ya

    Choko wa takai mono rashii yo
    チョコは(たか)(もの)らしいよ
    Dan ini katanya coklat mahal loh

    Dibandingin sama kalimat pertama yang kita buat udah ga kaya textbook lagi kan? Setelah kita potong jadi 3 kalimat pendek, makin kerasa kaya orang Jepang banget ga sih? Kalian sering juga pasti denger kalau di anime pada ngomongnya pendek-pendek gitu. Oke aku mau kasih contoh 1 lagi, ada kalimat seperti :

    Eki no chikaku ni koohii ga umakute, sugoku oshare na kafe e tomodachi to ikimashita.
    (えき)(ちか)くにコーヒーがうまくて、すごくおしゃれなカフェへ(とも)(だち)()きました。
    Aku pergi ke kafe cantik banget dan kopinya enak yang ada di dekat stasiun bersama teman.

    Kalimat ini panjang banget loh, orang Jepang biasanya ga akan ngomong panjang gini. So coba pake cara tadi ya

    Sugoku oshare na kafe e ittannda !
    すごくおしゃれなカフェへ()ったんだ!
    Aku pergi ke kafe yang cantik banget loh!

    De tomodachi to itta kedo sa
    で、(とも)(だち)()ったけどさ
    Terus, aku berangkat sama temen kan, 

    Eki no chikaku ni atte, koohii mo umainda yo
    (えき)(ちか)くにあって、コーヒーもうまいんだよ~
    Tempatnya deket sama stasiun dan kopinya juga enak loh!

    Nah gitu udah kebayang belum cara-caranya? aku mau coba tambahin informasi penting ya. Ketika bicaranya pendek-pendek itu ada fungsi lain sebenernya, yaitu kita ngasih kesempatan lawan bicara untuk (あい)づち (aidzuchi) atau semacam reaksi yang diberikan selama ngobrol biar nunjukkin udah paham atau engganya gitu ya contoh kaya Hmm~, hee~, sou nanda~. Jadi lawan bicara lebih gampang ngasih aidzuchi tadi gitu ya. Seakan-akan kaya kita ngomong pendek, terus ada reaksi, ngomong pendek, terus ada reaksi, dan seterusnya. Kalau gini kan pembicaraan bisa lebih panjang, bisa lebih meluas, dan bikin suasana yang lebih baik sambil liat reaksi lawan bicaranya.

    Kalau pendek-pendek omongan kita pun akan jadi lebih mudah untuk dicerna oleh pendengar. Ini ga hanya ngomongin dalam bahasa Jepang sih, kalian kalau ngobrol pake bahasa Indonesia juga coba aja pake cara ini. Aku yakin ngobrol ga akan berbelit, bakal lebih enak dan mudah tersampaikan. Kalau dengerin orang ngomong panjang lebar malah jadi "intinya mau ngasih tau apa sih kamu?" gitu kan? Mereka akan ngerasa kaya ga ngobrol sama manusia, malah kaya ngobrol sama robot atau AI gitu.


    So kesimpulannya kalau mau ngobrol kaya native Jepang salah satu yang aku pelajari adalah pahami apa yang ingin disampaikan, sebutin dulu yang paling ingin disampaikan, dan jangan panjang-panjang tapi bikin urutan kalimat pendek berdasarkan seberapa penting informasinya. Aku kasih kesimpulan lain yang mungkin lebih mudah dipahami sama kalian ya. Jadi kalau mau ngobrol kaya native cobalah ceritakan dari jawabannya dulu, baru kita kasih penjelasan di setelahnya

    Kaya yang aku mention di konten sebelumnya juga kan ya, orang Jepang nyebutin yang paling ingin disampaikan duluan. Jadi kalau agak beda dikit sama pola kalimat benernya ga apa-apa ya kalau lagi ngobrol santai sama native. Pola kalimatnya beda sama yang di textbook jadi ga S K O P gitu ga masalah. Buat lawan bicara kalian ngerti apa yang ingin disampaikan kalian dulu baru tambahin informasi lainnya.

    Nah sekarang udah tau kan point-point yang perlu diperhatikan biar ngobrol kaya native? Coba kalian bisa ga ya praktekin cara ini? Atau bisa deh kalian latihan pake kalimat-kalimat di textbook terus kalian arrange ke cara orang native bicara. Perlu diperhatikan ya, ini biasa digunakan saat ngobrol sehari-hari aja, so dalam konteks yang lebih formal seperti dalam meeting atau semacamnya, sebenernya ga 100% seperti yang aku sampaikan tadi. So gimana pembelajaran hari ini? Kalau ada yang ingin aku bahas di konten berikutnya bisa komen aja biar aku bantuin ya. 

  • Belajar Bahasa Jepang

    Materi bahasa Jepang DASAR bukan bahasa sehari-hari?

    Untuk kalian yang udah pernah tinggal di Jepang atau minimal sering nontonin media-media Jepang seperti anime, drama, lagu, acara TV Jepang, kalian pernah ga sih mempertanyakan kenapa bahasa Jepang yang aku pelajari beda sama yang ada di buku? Atau mungkin kaget setelah nontonin percakapan sehari-hari di Jepang ternyata beda sama bahasa di textbook kalian? Ga perlu kaget, aku mau coba bahas kenapa materi bahasa Jepang DASAR bukan bahasa yang digunakan di sehari-hari. Kita coba masuk ke pembahasan yuk.

    (わたし)はマイク・ミラーです

    Nah yang belajar bahasa Jepangnya dari Minna no Nihongo pasti kenal banget sama kalimat tadi ya. Kalau kalian belajar dari buku, sebagai contoh aku ambil buku Minna no Nihongo. Di awal-awal kalian pasti belajar dulu kosakata dan pola kalimat yang nuansanya formal, atau kaku. Partikel penanda predikatnya masih pakai ...です, ...ます, ...ました dsb. Di awal-awal kurang dikenalkan gitu bahasa yang umum digunakan di keseharian. Nah sepemahaman aku setidaknya sampe N4, buku textbook memang kurang mengenalkan bahasa dengan nuansa casual, dan dibahasnyapun di akhir-akhir bukan di awal pelajaran. Jadi banyak orang yang ngerasa aneh ketika menonton media Jepang ternyata bahasa yang native gunakan ternyata beda dengan yang dipelajari di buku. Padahal sama, tapi karena penyampaian dari buku-buku itu selalu menekankan bahasa yang formal bukan bahasa yang casual. Sedangkan bahasa yang sering digukanan dalam keseharian adalah bahasa yang casual.

    Memang sebeda apa? Nih contohnya ya

    1. Orang ga ngomong 今日(きょう)(あつ)いですね tapi 今日(きょう)(あつ)いね, nah ga pake です kan?. 

    2. Ada juga bukan ngomong もう()べましたが、まだお(はら)()っています tapi lebih familiar もう()べたけど、まだお(はら)()ってる, nah mulai kerasa banget bedanya kan?

    Itu aja dah aku contohinnya. Secara garis besar bahasa formal dan casual ga beda jauh, tapi ada perbedaan yang membuat nuansanya memang kerasa beda. Terlepas nuansanya, meskipun orang Jepang cenderung sopan, dan agak kaku sama aturan. Mereka tetap menggunakan bahasa casual di keseharian layaknya warga negara lainnya. Orang yang belajar bahasa Jepang dari buku aja, setelah tinggal di Jepang, sebulan atau dua bulan berikutnya langsung lebih terbiasa menggunakan bahasa casual, karena kesehariannya pake bahasa casual bersama warga sekitarnya. Pengalaman pribadiku pun sama, aku datang ke Jepang memang awal-awalnya suka pake bahasa formal ke orang lain, tapi lama kelamaan malah jadi lebih nyaman pake bahasa casual, terutama ke orang yang udah kenal. Kerasa banget dah lebih nyantei juga ngomongnya.

    Kalau bahasa formal tidak dipakai di keseharian, terus buat apa dipelajari?

    Nah ini pertanyaan yang pernah aku temukan di Youtube. Bahkan ada konten kreator yang menyebarkan ajaran ga perlu belajar bahasa formal atau bahasa textbook karena ga dipakai di keseharian di Jepang. So aku sebutin kesimpulan jawaban aku dulu ya : KALIAN SALAH BESAR. Sehari-hari kita memang ngobrol pake bahasa casual, karena ya kita ngobrolnya sama orang yang udah kita kenal, udah akrab juga, sehingga lebih nyaman ngobrol dengan nuansa nyantai kan. Memang sih orang Jepang pun ngobrol sama orang yang dia ga kenal ada kalanya pakai bahasa caual kok. Nah kasus seperti itu biasanya ngobrolnya ketika nuansa yang nyantai. Kaya waktu nanya jalan kan ga usah kaku kaku gitu, ya ga beda jauh lah orang Indonesia juga gitu kan. 

    Nah pertanyaannya lawan bicaranya suka ga tuh di ajak ngobrol pake bahasa kasual sama orang yang ga dikenal atau yang posisinya mungkin dibawah mereka? Kalau lawannya ga suka, hal yang tidak diinginkan bisa jadi terjadi tuh. Jadi bahasa formal itu bahasa yang paling aman untu dipake ke semua orang, kecuali dipake ke orang yang udah akrab banget. Karena kesannya malah jadi kurang menghargai pertemanan. Kan udah akrab kok masih kaku aja ngobrolnya? Hehe.

    Selain itu pernah ga kalian berada di posisi dimana kalian memang perlu ngomong pake bahasa formal, seperti kalian jadi waiter/waitress di restoran, atau kalian kerja di hotel dimana kalian perlu ngomong sopan sama pelanggan. Dalam kasus seperti itu kalau kalian ngomong ke pelanggan pakai bahasa casual, sama aja kalian mengikat tali ke leher sendiri. Jangankan bahasa casual, bahasa formal pun sebenarnya kurang bagus kalau ke pelanggan. Alangkah baiknya kalian pakai bahasa sopan atau (けい)() (kegio) ke pelanggan. 

    Jadi udah tau kan alasan kenapa bahasa formal duluan yang dipelajari di buku pelajaran bahasa Jepang? Supaya kalian terbiasa menggunakan bahasa yang paling aman dulu biar ga nyusahin diri sendiri waktu di Jepang. Eh tunggu, tadi ke mention bahasa sopan beda sama bahasa formal?

    Beda ya, dalam bahasa daerah di Indonesia pun banyak juga yang ada nuansa sopan ya, contoh bahasa Sunda dan bahasa Jawa. Nah (けい)() (kegio) atau bahasa sopan dalam bahasa Jepang pun dibagi menjadi 2 yaitu (そん)(けい)() (sonkeigo) yang meninggikan lawan dan (けん)(じょう)() (kenjougo) yang merendahkan diri. Kali ini aku ga akan bahas detil bahasa sopan dalam bahasa Jepang, tapi kita coba fokus ke digunakan untuk apa bahasa sopan itu? Di Jepang bahasa sopan sering digunakan dalam konteks yang lebih tinggi seperti profesional atau bisnis. Makanya di dunia kerja yang berada di posisi menghubungkan perusahaan dengan pelanggan (B2C) atau bahkan menghubungkan dua perusahaan (B2B) diharuskan menggunakan bahasa yang sopan karena kalian mewakili perusahaan kalian. Kalau kalian pake bahasa casual, itu akan memberikan kesan perusahaan kalian tidak menghargai atau menganggap rendah pelanggan atau perusahaan client. 

    Terus seperlu itu kah mempelajari ketiganya ?

    Kalau udah tau fungsi masing-masing nuansanya, sekarang kita masuk ke seperlu apa kita pelajari semuanya. Seberapa perlunya aku tanya ke kalian langsung. Kalian mau terus naik level ga? Mau terus naik jabatan ga? dan mau terus naik kualitas hidup kalian di Jepang? Aku bilang kalian perlu bisa menguasai ketiganya, bisa memisahkan kapan pake bahasa casual, formal sampe ke bahasa sopan. Karena ga mungkin perusahaan menenpatkan orang yang ga bisa menguasai ketiganya di posisi yang crusial seperti penghubung ke perusahaan atau client. So kesimpulannya apa kalian masih ngerasa ga perlu menguasai ketiganya karena sehari-hari cuman pakai bahasa kasual? Kalau kalian bener-bener berfikir seperti itu silahkan tulis dikomentar pendapat kalian, aku ingin tau pendapat kalian. 

  • Belajar Bahasa Jepang

    Bagus ga ya belajar bahasa Jepang dari anime, lagu, atau drama ?

    Belajar bahasa Jepang lewat media2 seperti anime, lagu, dan drama Jepang itu bagus ga sih ?

    Nah  pertanyaan2 seperti di atas pasti udah sering denger
     Apalagi akhir2 ini aku sering ditanyain begitu sama mereka yang baru mulai belajar bahasa Jepang.

    Di Indonesia banyak yang suka nonton anime, dan drama Jepang, atau dengerin lagu2 Jepang, dan ga dikit dari mereka yang berujung tertarik belajar bahasa Jepang. Jadi kali ini aku mau coba bahas soal media2 tersebut bisa dijadiin media belajar ga yaa ? , kalau memang dijadikan itu ada plus minusnya ga ya ? Yuk langsung ke pembahasannya.

    Bahasa Jepang dalam ANIME, LAGU, dan DRAMA Jepang 

    Kalau kalian belajar dari 3 media ini apa aja sih yang bisa kalian dapatkan, dan apa aja sih yang perlu kalian perhatikan, yuk kita bahas.

    Point pertama yaitu bisa belajar listening. Banyak pelajar bahasa Jepang merasa kesulitan dalam melatih listening mereka. Nah 3 media ini dapat membantu kalian melatih listening bahasa Jepang. Karena tokoh2 dalam drama maupun anime mereka punya perbedaan kebiasaan berbicara masing2. Ada yang bicaranya cepet, ada yang pelan, terus perbedaan penggunaan intonasi2 juga. Ga beda jauh sama orang Jepang pada umumnya. 


    So, untuk melatih pendengaran, membiasakan diri mendengarkan bahasa Jepang, 3 media ini bisa kalian manfaatkan yaa, selain itu untuk kalian yang memang menyukai 3 media ini, kalian bisa belajar sambil menikmati konten yang kalian sukai.

    Point kedua, banyak yang bisa kalian ambil dari media2 tersebut. Salah satunya adalah bahasa Jepang kasual, atau yang biasanya digunakan dalam keseharian. Iya, banyak slang, dialek, ekspresi, hingga budaya keseharian mereka. Jadi dalam media2 ini kalian bakal dapat banyak mengenai bahasa non formal hingga budaya2 yang bisa jadi kalian ga dapat dari buku2 pelajaran.

    Iya, jadi orang belajar dari buku aja, bisa jadi akan kaget ketika datang ke Jepang.  
    "Lho kok mereka ngomongnya beda sama yang ada di buku?!?!"
    Buku2 pelajaran itu menjelaskan bahasa Jepang yang formal atau baku. Gimana aja di Indonesia, di Jepang pun ketika bicara sama orang2 yang udah deket seperti temen, keluarga, dll, itu kan ga ngobrol pake bahasa baku kan. Jadi dari media2 ini kalian bisa dapet bahasa2 yang sering digunakan dalam konteks keseharian.   



    Penting ternyata yah belajar dari media2 tersebut. TAPI Eitts!?!?!?, sebelum menyimpulkan seperti itu kita bahas point ke tiga dulu yuk. Bahasa2 yg digunakan itu ga selalu bahasa yang bagus yah, malah terkadang kesannya kasar. Jadi kalian perlu bisa milih mana bahasa2 yang bisa kalian adaptasi dalam keseharian kalian. Selain itu hasil terjemahan subtitle itu biasanya disesuaikan dengan budaya bahasa hasil terjemahannya. So sering banget kosakata atau pola kalimat diterjemahkan sedikit berbeda dengan maksud sebenarnya dalam budaya Jepang.

    So, kalian perlu juga tau konteks penggunaan kata/pola kalimat yang digunakan pada media2 tersebut. Nah di sinilah peran buku2 pelajaran, dan juga keberadaan mentor diperlukan. Karena apa yang kalian dengar dari media2 tersebut biasanya ga akan ada penjelasan kapan sebaiknya kalian menggunakannya. Kalau kalian pinter2 sih bisa aja kalian belajar otodidak dan mencari sendiri cara pake kata/pola kalimat tersebut. 

    Nah sekarang kita lanjut ke point ke empat, yaitu media2 tersebut khususnya anime dan lagu, mereka terkadang, atau mungkin sering kali menggunakan pola kalimat yang tidak sesuai dengan seharusnya. Di anime sering kali bahasa yang digukanan itu menyesuaikan dengan tokoh/karakternya sehingga muncul kebiasaan2 yang ga bagus untuk ditiru. Sehingga kalau kita tiru 100% malah membuat bahasa Jepang kita terkesan tidak natural.

    Beda lagi kalau di lagu2 Jepang, guna meningkatkan estetika lagu terkadang atau bisa jadi sering mereka menghiraukan pola kalimat yang benar. Kalau dari sisi drama, seharusnya kasus2 seperti ini lebih jarang terjadi, tapi tetap ada loh guna menyesuaikan dengan cerita. So, tetap hati2 ya dalam mengadaptasi bahasa Jepang dari media2 tersebut.



    Kesimpulannya, jika kalian milih untuk belajar bahasa Jepang lewat anime, lagu, atau drama, disarankan untuk tetap mengkombinasikannya dengan sumber belajar resmi seperti buku teks, atau dibimbing juga oleh mentor. Ini akan membantu kamu belajar bahasa Jepang secara lebih akurat. Karena kalau kalian belajar dari 3 media itu saja, setidaknya bahasa Jepang kalian pasti bakal aneh dan gak akan natural.

    So gimana kalau kalian ?
     Yang sekarang lagi belajar bahasa Jepang aku saranin gunakan media2 ini sebagai materi tambahan aja kali yaa. Jadi buku2 yang udah kalian beli, gunakan juga sebagai materi utamanya biar bahasa Jepang kalian masih tetap akurat.

    Semoga diberi kelancaran dan, (がん)()ってくださいね

  • Belajar Bahasa Jepang

    Seberapa efektif punya sertifikasi JLPT?

    Mau belajar bahasa Jepang? Udah kenal apa itu JLPT ga tuh? Emang bedanya apa kalau punya dan ga punya sertifikat JLPT? Terus rencananya mau ngejar JLPT level berapa? Nah kali ini aku mau coba cerita lebih nih untuk JLPT ya.

    Sertifikat dan sertifikat. Iya bahasa Jepang pun ga beda sama skill yang lainnya ya, ada sertifikat yang bisa dijadikan standar kemampuan bahasa Jepang seseorang. Nah kali ini aku mau bahas yang paling populer yaitu Japanese Language Proficiency Test atau biasa disingkat JLPT. Anggaplah seperti TOEFL dalam bahasa Inggris ya. Ada sertifikat lain buat bahasa Jepang, tapi sertifikat JLPT memang yang paling populer dan paling diakui di seluruh dunia. 

    Kalau kalian check di websitenya JLPT ada levelnya dari N5 yang paling beginer dan N1 yang paling fasih. Nah aku ga mau bahas JLPT yang tertulis di website mereka, so aku mau coba fokus bahas kalau udah punya sertifikasi JLPT terus kamu bisa dapet apa? Seberapa efektif mengubah hidup kalian ketika punya sertifikasi JLPT?

    Pertama, untuk kalian yang ingin kerja/sekolah di Jepang sertifikasi JLPT akan jadi sebuah kewajiban. Terlepas beberapa case seperti sekolah bahasa Jepang di Jepang memperbolehkan sertifikasi lainnya seperti JLCT, NAT-Test, dan J-Test. Tapi sebagian besar syarat buat kerja dan sekolah membutuhkan sertifikasi JLPT di level yang sesuai kebutuhannya. 

    Contoh kerja ke Jepang pakai visa specified skill worker N4 aja cukup kok, atau alternatifnya yaitu JFT-Basic A2 ya. Terus contoh lain untuk kerja pakai visa gijinjkoku atau bisa kita anggap profesional worker butuh setidaknya N3 bahkan kalau bisa N2 dan N1, Kenapa ? Singkat kata "persaingan", karena kalian perlu bersaing dengan semua job hunter di seluruh dunia, so aku saranin skill bahasa Jepangnya setinggi mungkin ya biar lembih gampang keterima kerjanya. 

    Dari contoh itu aku mau coba simpulin dikit. Iya, kalian bisa kerja ke Jepang dengan N4 menggunakan visa specified skill worker. Sekarang pertanyaannya apakah kalian mau jauh-jauh kerja ke Jepang buat kerjaan blue-collar seperti pekerjaan-pekerjaan kasar? Atau kalau kalian punya impian tinggi buat kerja di bagian white-collar seperti pekerjaan-pekerjaan kantor yang punya bayaran tinggi? Nah yang ini memang butuh skill bahasa yang lebih tinggi minimal N3 tapi usahain lebih dari N3 ya. So, silahkan pilih sendiri ya mau belajar sampe level mana. Tapi yang pasti baik blue-collar ataupun white-collar keduanya kalau kalian ga bisa manage uang kalian, uang kalian pasti tetep habis ya wkwk.

    Di point pertama aku bahas kalau kalian ke Jepang, di point ke-dua, aku bahas alternatif kalau kalian ga milih untuk kerja ke Jepang. Ada banyak perusahaan Jepang di Indonesia dan ga dikit dari perusahaan tersebut menginginkan pegawai yang bisa berbahasa Jepang. Dan sebagian besar mereka menggunakan JLPT sebagai standarisasi kemampuan bahasa Jepang para pelamar kerjaan. Mungkin ada yang ga wajib punya, meskipun casenya jarang. Tapi punya ga punya JLPT akan menentukan pandangan perusahaan terhadap kamu. Semakin tinggi level sertifikat JLPT kalian akan mempermudah mendapatkan pekerjaan impian kalian di perusahaan Jepang. 

    Selain itu, kalian juga bisa dapet peluang buat kerja sebagai penerjemah atau interpreter. Ada yang fulltime ataupun freelance, yang manapun gajinya menarik loh. Malah memungkinkan loh dapet bayaran 2 digit hanya dengan bekerja selama hitungan hari. Tentu kalian butuh skill bahasa Jepang yang tinggi seperti N2 atau bahkan N1. Tapi serius, banyak loh yang lulusan SMA yang udah lulus N2 mereka udah ga peduli lagi sama gelar akademinsnya. Soalnya mereka udah bisa makan lebih dari cukup dengan penghasilan mereka. 

    Malah kalau diitung-itung lulusan sarjana bahasa, pendidikan atau sastra Jepang standarnya punya skill bahasa Jepang setara JLPT N3, meskipun ga banyak yang lulus S1 dan punya N3 atau lebih. Jadi kalau kalian punya sertifikat N2, meskipun kalian lulusan SMA kalian bisa bersaing atau bahkan melewati lulusan S1 yang belajarnya cuman ngikutin standar kelulusan. 

    Udah mulai kebayangkan kalau punya sertifikat JLPT dapet benefit seperti apa?

    Sekali lagi "banyak loh lulusan non sarjana yang udah punya sertifikat N2 mereka ga peduli lagi dengan gelar pendidikan mereka". Disclaimer, bukan berarti aku bilang ga penting kuliah ya, tapi kalau kalian lulus N3 atau N2 setidaknya kalian udah punya kompetensi yang setara atau mungkin lebih dari para lulusan sarjana. So kalau kalian lulusan sarjana jurusan yang lain, kalian secara kompentensi jadi double degree tanpa harus kuliah sarjana bahasa Jepang lagi loh. 

    Menarik ga menurut kalian? So, aku mau nanya nih sama kalian, kalian mau belajar bahasa Jepangnya sampe level mana? Dan kalau udah di level itu mau dipake buat apa nih? Coba tulis dikomentar ya, semoga impian kalian semua bisa terkabul ya.

  • Belajar Bahasa Jepang

    Rekomendasi Buku Belajar Bahasa Jepang Untuk Yang Ingin Kerja di Jepang

    Bekerja di Jepang, selain kalian harus paham kultur kalian harus belajar juga dong kosakata-kosakata yang dipakai di bidang kalian. nah di artikel ini aku kasih 5 rekomendasi buku belajar bahasa Jepang yang sesuai dengan bidang kalian.

    1. Buku keperawatan kaigo (*pemula)

    Yes kalau kalian pengen jadi perawat di Jepang. buku ini dilengkapi dengan kosakata-kosakata yang bakal membantu kalian di bidang keperawatan buku ini juga punya versi pemula dan lanjutan jadi kalian bisa milih sesuai level kalian.

    2. Genba no nihongo

    Genba no nihongo merupakan buku yang dilengkapi dengan kosakata yang sering di pakai di dunia perindustrian. Buku sangat berguna buat kalian yang pengen kerja di bidang industri di Jepang. Selain ada kosakata yang sering dipakai, buku ini juga dilengkapi dengan kata yang gak bisa kalian temui di buku pembelajaran bahasa Jepang lain nya.

    3. Buku bahasa Jepang untuk otomotif

    Kalau kalian suka sama otomotif dan pengen menekuni otomotif di salah satu negara yang paling maju di bidang otomotif. Buku ini adalah buku yang wajib kalian miliki. Selain buku ini membahas kosakata di dunia otomotif, kalian yang ingin bekerja di Perbengkelan juga butuh buku ini.

    4. Buku bahasa Jepang keuangan

    Jepang merupakan negara dengan pertumbuhan GDP ke-3 setelah Amerika dan China. tentu kalian yang punya kemampuan di ekonomi bakal dapat banyak benefit kalau kerja di Jepang, oleh karena itu aku rekomendasiin buku ini buat kalian yang pengen belajar kosakata yang sering dipakai di dunia keuangan.

    5. Buku bahasa Jepang teknologi informatika

    Kita tahu sekarang IT lagi dicari dimana-mana tentu saja tidak berbeda dengan Jepang, oleh karena itu buku ini wajib kalian punya buat yang pengen jadi teknisi informatika seperti web developer atau programer di Jepang. Buku ini dilengkapi dengan kosakata yang hanya dipakai di dunia IT. jadi kalian gak perlu cari buku lain buat belajar.

    Berikut adalah 5 buku yang aku rekomendasikan buat belajar bahasa jepang yang berguna di bidang yang kamu tekuni.


  • Belajar Bahasa Jepang

    Belajar bahasa Jepang, mulai dari mana yah ?


    Halo guys, kita ketemu lagi di BLOG Wagomu #JapaneseClass. Aku akhir-akhir ini suka ketemu sama kalian-kalian yang kebingungan, dan banyaknya bingung soal "aku mau belajar bahasa Jepang, tapi harus mulai dari mana nih ?". Jadi aku mau coba bahas soal step awal untuk kalian yang mau mulai belajar bahasa Jepang. 

    Harus mulai dari mana buat belajar bahasa Jepang ?


    Pertama-tama pelajari tulisan / huruf dasar bahasa Jepang yaitu Hiragana dan Katakana. Kalau kalian diluar sana ada yang bilang "ga perlu bisa tulisan Jepang juga gapapa kok asal bisa ngomong aja", itu hal yang salah. Karena tulisan itu bagian dari bahasa juga loh, dan ketika kalian udah di Jepang ataupun kerja di Indonesia menggunakan bahasa Jepang, kalian ga bisa menghindar dari tulisan-tulisan Jepang.

    So, langkah awal atau saya bisa bilang pintu masuk buat belajar bahasa Jepang itu adalah tulisan dasarnya yaitu Hiragana dan Katakana. Kalian juga bisa manfaatkan media-media buat belajar, contohnya gunakan KANA Card sampe bisa lancar Hiragana dan Katakana

    Kanji gimana kak ?
     Itu mah nanti ya, kalau dibilang wajib sih engga, tapi kalau kalian ingin naik level, kanji akan menjadi hal yang wajib. So, pelajari lah ketika udah mulai terbiasa dengan 2 tulisan dasarnya yaa.

    Nah ketika udah mulai belajar Kanji pun sama, kalian bisa manfaatkan media2 yaa, bisa lewat aplikasi2 atau coba gunakan KANJI Card untuk membantu pembelajaran Kanji kalian.

    Kedua, ketika udah terbiasa dengan 2 tulisan dasarnya, baru bisa mulai nambahin kosakata-kosakata baru dan nyicil kanji dikit2, kalian bisa lirik pola kalimat. Sambil nambahin kosakata baru tiap harinya, Gunakan buku sejuta umat yaitu SET Buku Minna No Nihongo Shokyu 1 (Bab 1 - Bab 25) yg setara skill basic JLPT N5. 

    Pakai buku itu kalian bisa mulai dari pelajari perbedaan susunan kalimat dalam bahasa Jepang dan bahasa Indonesia, kemudian masuk ke pembahasan partikel kalimat. 

    Pahami logika-logika setiap partikelnya yaa, karena ada beberapa partikel yang memiliki lebih dari 1 fungsi. Tapi inget yang aku bahas tadi, kalau kita udah paham logikanya, partikel dalam bahasa Jepang itu GAMPANG loh.

    Aku bisa bilang partikel dalam bahasa Jepang itu merupakan pilar pertama kalian yang akan menjaga bahasa Jepang kalian tetap kokoh. Kalian belajar partikel di level dasar (N5), dan sampai kalian level native (N1) logika-logika dari partikel itu gak akan berubah. 

    Ketiga, setelah udah bisa paham pilar pertama, kita bisa naik level untuk mempelajari pilar keduanya, yaitu konjugasi / perubahan kata kerja, yang aku bilang konjugasi kata kerja dalam bahasa Jepang itu jauh lebih GAMPANG dari pada bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Karena dalam bahasa Jepang ada logika-logika yang membuat kita ketika dapat kosakata baru, kita bisa langsung tau konjugasi kata kerjanya akan jadi seperti apa. 

    Selanjutnya tinggal nambahin kosakata, kanji, dan pola-pola kalimat baru kalian bisa naik level terus.

     Dan tanpa lupa aku akan menambahkan point terakhir. Untuk memulai sesuatu itu mudah, tapi untuk menyelesaikan sesuatu itu ga semudah yang dibayangkan. Kita akan membutuhkan sesuatu yang disebut KONSISTEN karena kalau kita ga bisa konsisten, sesuatu yang kita mulai tidak akan ada proses jadi tidak akan selesai-selesai.

    So, point terakhir yang aku ingin sampaikan adalah "Yuk belajar terus, dan pertahankan longlife learningnya agar bisa terus berkembang tiap harinya, karena bahasa adalah ilmu yang akan terus berkembang".

    KANA Card, KANJI Card, dan Buku set Minna no Nihongo yang tadi aku mention bisa kalian check di link berikut yaa : https://shop.j-class.id/

    Tetep semangat yuk belajarnya

  • Belajar Bahasa Jepang

    Kok Kerja di Jepang bertahun2 malah Jago bahasa Jawa?


     Longstay di Jepang tapi skill bahasa Jepangnya masih segitu-segitu aja? Banyak yang ga ngerti alasannya, atau bisa jadi mereka ga peduli sama skill bahasa Jepangnya. Yang penting bekerja di Jepang dan digaji YEN? Atau alasan lainnya. Hmm, agak laen sih tapi kita coba bahas dikit yuk.

    Iya, seneng ya bisa kerja di Jepang, sampe lupa sama kenyataan bahwa kehidupan kalian di Jepang bisa jadi hanya 1 chapter di kehidupan kalian. Mereka lupa untuk memikirkan apa yang alangkah baiknya disiapkan untuk masa ketika pulang dari Jepang. Banyak yang hanya bisa kalian dapet selama tinggal di Jepang. Setidaknya untuk orang yang ingin memanfaatkan seefektif mungkin waktu selama di Jepang akan ngerti maksud aku. Jadi coba setidaknya jangan sampe kalian pulang ke Indonesia cuman dapet hikmahnya aja ya.

    Salah satunya yang paling bisa kalian dapet selama di Jepang adalah SKILL bahasa Jepang. Iya, tau ga kalian seberapa besar nilai yang didapat ketika kalian udah pernah longstay di Jepang? Contoh ketika kalian interview di perusahaan dan dari 3 pelamar ada 1 yang udah pernah longstay di Jepang, meskipun dia bisa jadi cuman N3 sedangkan yang lainnya N2 tapi belum pernah longstay di Jepang. Pelamar yang N3 udah longstay tadi jadi punya kesempatan untuk menang loh. Padahal dia satu-satunya yang N3. Yang ingin aku sampein, skill bahasa Jepang kalian bisa naik drastis hanya dengan longstay di Jepang. Pasang deh 1 tahun kerja di Jepang, aku yakin karena kalian udah banyak ngobrol sama orang Jepang, kalian bisa lebih percaya diri ketika ngomong bahasa Jepang.

    Tapi apakah itu pasti terjadi? Jawabannya ENGGA. Ga semua orang ketika di Jepang berusaha untuk bergaul dengan warga Jepang. Bahkan kenalan aku aja banyak yang ketika udah di Jepang mereka malah ngumpulnya sama orang Indonesia lagi. Jauh-jauh ke Jepang buat temenan sama orang Indonesia lagi gitu jadinya. Eits, jangan salah paham dulu, aku ga bilang itu hal yang buruk ya. Menjalin hubungan baik dengan sesama WNI di Jepang itu hal yang bagus, tapi jangan sampe cuman gaul sama orang Indonesia aja ya. Bergaul lah sama orang Jepang, cari teman, sahabat, siapa tau jodoh (eits). 

    Iya, aku kenal beberapa orang Indonesia, yang menikah sama orang Jepang, bahkan ada yang nikahnya sama orang Vietnam dan orang Thailand. Mereka berusaha untuk akrab, menjalin hubungan baik bahkan sampe ke pernikahan. Tapi, ada banyak orang Indonesia yang udah di Jepang ternyata mereka cuman deket sama orang Indonesia aja. Dan aku yakin bukan itu juga yang mereka mau kan. Mereka pun pasti mau akrab sama orang Jepang. Tapi setau aku, setau aku ya jadi kalau salah tolong kasih tau aku, kebanyakan dari mereka adalah peserta magang yang pergi ke Jepang dalam kondisi bahasa Jepangnya yang masih kurang. Ga dikit dari mereka yang cerita ke aku mereka kesulitan untuk akrab dengan warga sana karena tembok bahasa. Jadi selama 1~3 tahun di sana orang Jepangnya ngejauhin mereka, dan merekanya pun ga percaya diri untuk mendekat karena bingun mau ngomong apa. 

    Alhasil bahasa Jepang mereka ga begitu berkembang, padahal mereka bertahun-tahun di Jepang berada di lingkungan terbaik untuk naikin skill bahasa Jepang mereka. Mereka pulang hanya bawa uang, dan hikmah yang bisa mereka petik. Udah bisa bawa uang aja udah bagus sebenernya ya. Banyak juga yang di Jepangnya malah foya-foya jadi ga bisa bawa uang ke Indonesia. Tapi memang sih di Jepang nahan nafsu beli ini itu nya lebih sulit ya. Tapi bisa bayangin ga sih kalian longstay di Jepang pulang-pulang bisa bawa skill bhs Jepang, uang, dan juga koneksi dengan orang Jepang. Kalau tujuan kalian bangun bisnis ketika pulang dari Jepang itu udah dapet tuh modal-modalnya. Kalau kalian bergaul sama orang Jepang, dan bahasa Jepang kalian terlatih di sana, waktu pulang kalian bisa lebih percaya diri kan. Kecuali kalau kalian memang ga mau berhubungan lagi dengan Jepang setelah pulang dari sana, mungkin ga seperlu itu ya bawa skill dan koneksi dengan orang Jepang.

    Balik lagi ini menurut aku ya, agak mubazir aja kalau jauh-jauh ke Jepang, sampe longstay di sana tapi pulang cuman bawa uang aja atau bisa jadi cuman bawa hikmahnya aja. Pasti kalian ingin dong selama di Jepang kalian punya temen orang Jepang ya, memperluas koneksi, dan mendapat pengalaman yang menyenangkan selama di Jepang. Tapi gimana menurut kalian? Apakah selama di Jepang sebenernya ga perlu gaul sama orang Jepang? Masa sih ya? Tapi ceritain dong pendapat kalian di kolom komentar ya.

  • Belajar Bahasa Jepang

    Masih Relevan Ga Belajar N5 atau N4 Bertahun-tahun?

    Masih kesini makin banyak orang Indonesia yang tertarik buat belajar bahasa Jepang. Tujuannya berbagai macam, ada yang memang cuman sekedar suka Jejepangan ada juga yang memang niat awalnya untuk berkarir. Tapi tau ga sih, sampe sekarangpun masih banyak orang yang rela membuang waktu lama banget untuk belajar bahasa Jepang? Mending kalau bertahun-tahun jadinya N1 gitu ya, tapi kenyataannya bertahun-tahun cuman buat dapetin N5 atau N4. Loh kok bisa? Yuk, aku mau coba bahas di artikel ini ya.

    Kita harusnya udah cukup sadar, WAKTU adalah salah satu aset yang sangat berharga. Malah kalau kata aku, lebih berharga dari UANG, karena selama ada waktu, uang bisa kita cari lagi. Tapi WAKTU kalau udah lewat ya udah ga bisa diapa-apain lagi. So, menggunakan lah waktu dengan sebijaknya, seperti MENJAGA KESEHATAN dengan berolahraga rutin, BERSOSIALISASI untuk menjaga atau mencari hubungan dengan sesama, bisa juga untuk UPGRADE atau CARI SKILL BARU, dan lainya. 

    Iya, ngabisin waktu secara berlebihan sebenernya akan merugikan kita, apalagi buang-buang waktu tuh hal yang biasanya gak akan kita sadari, tau-tau udah abis aja waktunya gitu ga akan sadar lah. Jadi aku tanya lagi ke kalian, apakah perlu waktu yang lama untuk belajar bahasa Jepang? Tergantung targetnya sampai level mana sih, tapi seperti yang aku mention tadi, belajar N5 atau N4 ampe bertahun-tahun tuh kebangetan. 

    Sampe sekarangpun masih ada lembaga yang punya sistem pembelajaran yang makan waktu bertahun-tahun. Katanya sih biar mantep belajarnya bahkan ada yang sampe mewajibkan pesertanya untuk tinggal di asrama. Iya, katanya biar ngelancarin bahasa Jepangnya bareng-bareng di asrama. Eits, jangan salah paham dulu, aku ga bilang itu salah ya selama program belajar mereka ga makan waktu secara berlebihan sih aku bilang wajar. Tapi kenyataannya masih banyak orang yang belajar di lembaga seperti itu tapi skill bahasa Jepangnya ga begitu berkembang.

    Kok bisa? Nah menurut aku jawabannya adalah GAK EFEKTIF. Mereka masih pake cara belajar konvensional dimana guru ceramah di depan kelas, murid mendengarkan, dan diulang terus. Aku ga bilang cara konvensional itu salah, dalam case tertentu ini cara belajar yang bagus. Namun dalam kasus belajar bahasa cara ini malah kebalikannya. Bukan guru yang harus mengeja dan mengulang-ulang pelajaran tiap harinya. Melainkan pelajarlah yang harusnya lebih aktif untuk berprogres tiap harinya. Konsistenkan nambah kosakata dan kanji, perluas pola kalimat, latihan bikin kalimat, perbanyak dengerin bahasa Jepang, dan lainnya. Yang membuat cara belajar konvensional kurang baik untuk belajar bahasa adalah guru yang masih jadi pusat pembelajaran. Dimana dalam belajar bahasa murid lah yang seharusnya membiasakan diri dengan bahasa yang dipelajari.

    Nah ga dikit loh lembaga yang masih menggunakan cara belajar konvensional. Sehingga banyak pelajar bahasa Jepang yang harus mengeluarkan waktu, uang dan energi yang banyak untuk bisa memahami bahasa Jepang. Bagi yang suka nontonin video aku atau udah ikut program di J-Class bareng aku mungkin udah sadar bahwa bahasa Jepang tuh bisa dipelajari OTODIDAK loh sebenernya. Kita ga perlu ngabisin berbulan-bulan, tiap hari berjam-jam untuk bisa lulus N4. Terus kenapa kita harus buang waktu kita untuk hal yang ga diperlukan? Ga dikit loh yang udah buktiin bisa lulus N4 dalam waktu 15 hari. Bahkan banyak yang sebelumnya ikut lembaga yang aku sebutin tadi, kemudian waktu ikut program N4 15 Hari mereka nyesel kenapa mereka masuk lembaga, dan ga ikut program N4 15 hari dari awal aja gitu. Yang dibutuhkan itu bukan kuantitas belajarnya tapi kualitasnya. Bukan berapa banyak kita ulang kosakata atau pola kalimatnya, tapi bagaimana cara memahaminya dan menggunakannya.


    Sekali lagi, waktu itu aset yang ga bisa balik lagi. Ga perlu bela-belain buat belajar bahasa Jepang sampe berhenti kerja atau berhenti kuliah biar bisa masuk lembaga. Belajar OTODIDAK juga bisa kok, kalau mau dibantu sama pengajar juga boleh cari yang online dan di luar jam kerja atau kuliah kalian. Jaman sekarang udah terfasilitasi dengan baik, kelas online udah ada jadi ga usah berhenti kerja atau kuliah kan? Manfaatin waktu luang kalian buat upgrade skill tanpa melepas kegiatan penting lainnya. 

    Belum lagi kalian ga perlu ngeluarin uang lebih kalau kalian sampe harus ngekost atau mungkin ke asrama. Kecuali kalau kalian memang bersikeras untuk ikut kelas offline sampe harus ngeluarin uang extra buat biaya ngekost atau tinggal di asrama. Silahkan! Itu hak kalian, aku hanya bisa ngingetin aja. Selama masih hidup belajar ga akan berhenti, tapi kalau hanya belajar N5 atau N4 sih ga perlu bertahun-tahun. 

    Nah ngomong-ngomong udah kebayang ga? Kenapa belajar lama-lama sekarang udah ga relevan? Semakin lama kita belajar, semakin banyak aset yang kita keluarkan untuk mendapatkan skill tersebut. Tapi menurut kalian oke mana ya? Jujur aku ingin tau juga pendapat kalian, masih relevan ga sih belajar lama-lama buat ngejar level N5 atau N4 dengan cara konvensional? Atau pada sependapat nih dengan aku? Tulis di kolom komentar ya!

  • Belajar Bahasa Jepang

    Kenapa masuk LEMBAGA malah bikin kamu miskin?

    Aku ingin belajar bahasa Jepang nih, tapi ga mau sendirian, dan biar ada temennya mau masuk lembaga belajar bahasa Jepang aja dah. Nanti biar ga bosen dan tetep asik juga belajarnya kalo bareng-bareng. Biar asik? Atau biar bisa lama-lama nih? Banyak orang yang berfikir ingin belajar sesuatu bareng-bareng biar asik atau mungkin dia memang ga kuat sendiri aja kali ya, dan aku ga menyalahkan itu. Tapi yakin mau masuk lembaga hanya untuk belajar bahasa Jepang? Hmmm..

    Ya, untuk belajar bahasa Jepang masuk lembaga itu salah satu alternatif kayanya kebanyakan orang milih jalan ini ya. Meskipun ga semuanya ngerti kenapa aku baik tim aku selalu berusaha mengedukasikan audience kita untuk lebih baik belajar OTODIDAK daripada masuk lembaga, dan kalian mungkin dah ga asing dengan kata-kata "jangan masuk LEMBAGA kalau belum punya N4". Alasannya ada beberapa, dan aku mau bahas salah satunya yaitu masuk lembaga bisa bikin kamu MISKIN

    Memang bener sih ekonomi Indonesia yang makin kesini makin menekan golongan menengah, tapi terlepas dari itu masuk lembaga tuh bisa jadi salah satu alasan kalian bisa jatuh miskin kalau kalian ga tau resikonya loh. Jadi kalau kalian (khususnya orang tua kalian) ga termasuk yang punya uang banyak banget uang, wajib banget baca ampe beres nih kalau ga mau udah ngeluarin banyak uang tapi ujung-ujungnya ga berangkat ke Jepang.

    Pertama, Admission and Study Fees atau biaya masuk dan belajar. Kalau biaya masuk mungkin ga semua ya, tapi ya selama bukan NPO, lembaga pun pasti butuh uang sehingga lembaga biasanya akan narik biaya belajar. Tergantung daerahnya juga tapi kita bisa garis besarkan kisaran 1jt~5jt, dan ini dari perbulan dan ada yang per level. Di harga segitu mungkin sekilas keliatan oh cuman segitu ya. Kenyataannya banyak kok lembaga yang ngasih biaya yang rasional, tapi ada juga yang keliatan rasional tapi ternyata engga. Kok bisa gitu? Karena ada biaya-biaya lain yang ga tertulis disitu, dan anak-anak muda jaman sekarang mungkin ga sadar atas itu. 

    So kita lanjut yang kedua, yaitu Accomodation Fee atau biaya akomodasi, dan kita bagi dua jadi biaya tempat tinggal dan transportasi. Kalo mau ikut lembaga carilah yang dekat dengan rumah kalian, tapi masalahnya jumlah lembaga ga sebanyak itu. Sehingga ada kalanya kalian terpaksa mengeluarkan biaya transportasi yang tinggi atau bisa jadi kalian memutuskan untuk tinggal di kosan. Biaya transportasi sudah dihitung tiap hari akan keluar berapa? Terus kalau milih untuk tinggal di kosan bakal ngeluarin berapa tiap hari atau tiap bulannya ? Itu semua ga akan kecil guys. Belum kalau ngekost kalian bakal ngeluarin biaya lain seperti listrik, air, internet, dll. Sudah diperhitungkan segalanya ga tuh? Ada kasus lain juga dimana lembaga yang memaksa pesertanya untuk tinggal di asrama bersama peserta yang lainnya.

    Ketiga, ini real bukan ngada-ngada, tapi memang sulit ditemukan, yaitu institution's strategy atau strategi lembaganya. Lembaga yang bakal menjualkan produk yang ga bagus kan ya? Mereka pasti menjualnya dengan kata-kata yang indah sehingga kalian terpana dan akhirnya milih untuk gabung ke lembaganya. Banyak loh lembaga yang bener-bener bagus, aku sebelumnya sempet buat video rekomendasi lembaga belajar bahasa Jepang. Dan selain yang direkomendasikan aku pun masih banyak lembaga yang bagus.

    Tapi kalau kalian salah milih, point ketiga ini yang bisa menentukan kalian jatuh miskin atau engga. Kenapa? Aku sering nemu kasus seperti orang yang udah masuk lembaga berbulan-bulan hingga bertahun-tahun, tapi belum pergi ke Jepang juga.

    Singkat kata lembaganya bilang bisa nerbangin ke Jepang, tapi ternyata engga bisa atau lembaga mereka belum SO, sehingga mereka harus menggantungkan nasib para pesertanya ke pihak 3 yaitu dengan mengirimkan ke lembaga yang sudah SO. Dimana lembaga SO belum tentu diterima semua pesertanya, kalau ga diterima kan ujung-ujungnya kalian balik lagi ke lembaga awal. Apalagi kalau kalian sampe ngekost atau dipaksa untuk tinggal di asrama. Ini makan biaya banget kalau ga ada kejelasan kapan bisa berangkat, kapan bisa interview, dll. BTW, lembaga yang maksa tinggal di asrama mungkin lembaganya ingin pesertanya bisa belajar bareng lebih sering gitu. Tapi balik lagi, kalau skill pengajarnya bagus, harusnya gak akan makan sampe setahun atau mungkin lebih untuk ngejar N4. Jelas daya tangkap dan pemahaman pesertanya pun ikut mempengaruhi ya.

    Keempat, ini agak aneh tapi nyata. Kebetulan akhir-akhir ini lewat di beranda aku, dimana ada yang udah gabung lembaga ngeluarin banyak uang dengan harapan bisa kerja di Jepang, nah waktu udah di Jepang malah dideportasi atau bisa jadi minta dipulangin ke Indonesia. So yang keemat ini aku bilang Mental & Knowledge Issue. Maksudnya tuh, kalian kan ke Jepang buat kerja ya, dan Jepang tuh terkenal atas budaya kerjanya yang keras. So, setidaknya siapkan mental kalian sebelum pergi ke Jepang. Jangan sampe udah di Jepang kalian nangis karena ternyata berat banget kerja di Jepang. Selain mental kalian juga udah harus tau knowledge atau pengetauhan tentang Jepang, budayanya, dll. Setidaknya kalian bisa menjauhi hal-hal yang tidak disukai orang sana, hal-hal yang dilarang, dan hal-hal yang membuat kalian bisa dideportasi. Please jaga reputasi warga negara Indonesia juga ya, kalau kalian kelakuannya jelek kan kasian mereka yang belum ke Jepang akan dipersulit juga nantinya. 

    Nah dengan mental & knowledge issue ini kok jadi miskin? Hubungannnya apa dengan jadi miskin? Bayangin kalian dah ngeluarin banyak uang bisa ampe puluhan juta loh untuk bisa berangkat ke Jepang. Eh udah di Jepang kalian ga bisa balik modal, gara-gara kalian dideportasi atau minta dipulangin. Pulang dari Jepang kalian masih punya muka buat ketemu keluarga setelah kalian kuras uang mereka ? 

    So, apa aku bilang gabung dengan lembaga bisa bikin kamu miskin? Jawaban aku BISA bikin kamu miskin, bukan PASTI buat kamu miskin ya. Karena kasusnya udah banyak yang belajar berbulan hingga bertahun-tahun di lembaga tapi tak kunjung berangkat ke Jepang, Ditambah lagi kasus yang dideportasi atau mulangin diri. So impian kalian untuk kerja di Jepang tuh bisa jadi bukan sesuatu yang MURAH kalau kalian milih untuk belajar di LEMBAGA dari NOL. Beda kasus kalau kalian belajar sendiri atau OTODIDAK sampe dapet N4 atau standar minimal berangkatnya. Setelah itu gabung ke lembaga untuk proses jobmatch, pengajuan visa, dll. 

    Balik lagi, pilihan ada di tangan kalian, tapi aku mau nanya nih, kalian masih mau milih gabung lembaga? Coba tulis di komentar sekaligus alasan kalian ingin belajar dari NOL di lembaga ya.

J-Class, pernah diliput di :